Kali ini pendakian saya di temani teman-teman saya yang
memang telah lama menetap di Jambi, adit, ade, afrido dan ipang pun menjadi
teman seperjalanan saya kali ini, kalu pendakian dempo kemarin saya di temani
teman-teman saya yang ada di Palembang kali ini saya di temani Anak KAMpung
Sini (baca: AKAMSI) walapun perjalanan kami dari Kota Jambi Menuju Kayu Aro
Kabupaten Kerinci cukup jauh, kira-kira sekitar 10-11 jam menggunakan travel
menuju Kota SungaiPenuh yang akan bayak kita jumpai loket-loketnya di Kota
Jambi. Travel dari Kota Jambi ke Kota Sungai Penuh umunya berharga Rp.
120.000,- menggunakan mobil engkel.
Perjalanan kami mulai pukul 8 malam WIB, kami di jemput
dirumah oleh agen travel, malam yang panjang kami lalui, dan pada akhirnya kami
sampai di Kota sungai penuh, kami pun mulai negosiasi dengan sopir travel untuk
meminta mengantar kami daerah Siulak yang sudah masuk kawasan Kabupaten Kerinci
yang kebetulan kami mempunyai kenalan di sana yang bersedia menghantar kami ke
desa Kayu Aro, titik awal pendakian menuju puncak kerinci. Bagi teman-teman
yang tidak mempunyai kenalan mungkin bisa mendapatkan akses ke Desa Kayu Aro
menggunakan angkot-angkot yang banyak lalu lalang menuju desa Kayu Aro.
Singkat cerita kami pun telah sampai di basecamp
pendakian kerinci yang terletak tidak jauh dari tugu rimau yang merupakan suatu
titik ikonik kalu kita berkunjung ke desa kayu aro Kerinci. Di basecamp pun
kami banyak bertemu teman-teman yang hendak mendaki maupun telah turun dari
atas sumatra tersebut, di basecamp kami juga bertemu seorang ibu-ibu yang kerap
di panggil mak, ibu yang menjaga baecamp pendakian ini. Dan juga seorang
bapak-bapak yang kerap di panggil pakde lan, seorang porter pendakian gunung
kerinci yang cukup terkenal. Kebetulan saat itu pakde lan juga akan membawa
tamu-tamunya yang berkewarganegaraan Malaysia untuk bersilaturahmi dengan atap
sumatra tersebut. Setelah cukup banyak bercerita dengan pakde lan, kami
mengistiahatkan diri untuk persiapan esok hari menggapai atas tertinggi pulau
sumatra.
Pagi pun tiba, matahari mulai menampakan diri di balik
bukit-bukit nan indah, kabut-kabut yang sedari awal menari-nari di perkebunan
teh yang luas pun mulai menghilang. Menandakan kami harus bersiap diri mengemas
barang untuk memulai pendakian, pakde lan yang akan menemani tamunya pun telah
berangkat terlebih dahulu, setelah mengisi perut, kami pun mulai melakukan
simaksi dan kemudian di antar ke titik awal pendakian yaitu pintu rimba
menggunakan mobil pick up yang kami sater di basecamp. Jujur, ketika pertama
kali turun dari mobil saya benar-benar merasa takjub melihat gagahnya atas
sumatra dan liarnya hutan yang ada di depan saya, saya gugup, perasaan tak
karuan muncul yang akhirnya membuat perut saya pun ikut gugup, singkat cerita
kamipun memulai perjalanan dengan berdoa menurut kepercayaan kami
masing-masing, meminta tolong kepada sang pencipta yang menciptakan apa yang
ada di depan kami untuk melancarkan perjalanan kami sampai pada akhirnya kami
kembali sampai dirumah
.
.
Kamipun mulai berjalan, hutan hujan tropis yang liar ini
pun menyambut kami, oh ya kami melakukan perjalanan ini pada bulan April 2017,
yang kebetulan saat itu sedang musim hujan, tidak lupa juga sebelumnya kami
sudah menyiapkan diri untuk menghadapi hujan yang kapan saja akan datang.
Rute perjalanan yang harus kami lalui ialah pertama kami harus melalui pintu rimba, yaitu
titik awal pendakian, dimana kita akan mulai memasuki hutan nan lebat di
sepanjang perjalanan sampai ke batas vegetasi seterusnya kita akan melewati 3
pos pada sampai akhirnya di shelter 1, di kerinci terdapat 3 shelter lg yang
harus kita lewati sampai akhirnya kita akan sampai di batas vegetasi yaitu di
shelter 3, umunya para pendaki akan mendiri kan tenda di tempat tersebut.
Singkat cerita, setelah melewati berbgai macam tantangan
di track kerinci yang terkenal sadis, sampailah kami di shelter 2, disitu kami
memutuskan untuk mendirikan tenda, selain di shelter 3, shelter 2 juga kerap
menjadi camp bagi para pendaki yang mungkin sudah sangat kelelahan ataupun
mungkin sudah terlalu gelap untuk melanjutkan lg pendakian ke shelter 3, disini
kami sudah sangat kelelahan, jam pun sudah menunjukkan pukul 17:10, yang
menandakan kami untuk tidak mau mengambil risiko melanjutkan perjalanan ke
shelter 3 dengan kondisi fisik yang sangat lebih dan waktu yang sudah mau
memasuki malam.
Di tenda kami mulai menyusun-nyusun barang agar muat kami
semua masuk kedalam tenda, ada juga yang menyiapkan peralatan masak untuk
memasak makan malam, ada yang sudah tertidur pulas kelelahan, saat itu adit
sudah benar-benar kehabisan tenaga, dimaklumi dengan bobot badannya yang
terbilang gemuk, makan malam pun sudah siap dan kamipun langsung menyantap
makan malam dan segera mengistirahatkan tubuh yang sudah sangat lelah.
Sekitar pukul 3 pagi pun kami terbangun, kami pun
terbangun karena adit yang awalnya seperti sudah tak kuat lagi untuk lanjut
tiba-tiba berubah menjadi penyemangat perjalanan kami, kami pun ikut
bersemangat, saya, ade, ipang dan afrido yang awalnya sudah sangat kehilangan
semangat untuk lanjut menuju puncak akhirnya ikut bersemngat kembali. Pukul setengah
4 kami meninggalkan tenda dan hanya membawa sedikit logistik dan air yang cukup
untuk melanjutkan perjalanan ke shelter 3 sebagai shelter terakhir dan batas
vegetasi untuk lanjut ke puncak. Perjalanan kami lalui dengan semangat yang
terkadang hilang namun kembali lagi bersemangat karena kami saling menyemangati
satu sama lain, setelah melewati batas vegetasi, sampailah kami di tugu yuda,
teringat pakde lan pernah berkata “tugu yudha ialah titik 0 di gunung ini” dan
sampai skrng kami belum mengerti apa maksud perkataan pakde tersebut. Yang saya
dan teman-teman ketahui, tugu yudha adalah sebuah tugu yang di buat untuk
mengenang hilangnya seorang pendaki dahulu yang bernama yudha di sekitar jalur
puncak menuju batas vegetasi.
Mentari pun terbit dari ufuk, memantulkan cahayanya ke
danau gunung 7 yang seakan-akan menjadi sebuah cermin raksasa di sebelah gunung
kerinci ini, kami pun berfoto ria menyambut terbitnya matahari, tak begitu lama
kami melanjutkan perjalanan yang tak lama lagi akan sampai pada titik
tertingginya yaitu puncak indrapura di ketinggian 3.805 MDPL. Lanjut melangkah
demi langkah sambil menunduk, mencumbu pasirnya kerinci dengan di iringi
ketakutan kalau terpeleset akhirnya kamipun sampai di puncak, harupun timbul di
kala mengingat sebagaian dari kami seperti adit, ipang dan afrido adalah puncak
pertama yang mereka kunjungi, ya benar, puncak pertama kali yang mereka
kunjungi langsung puncak tertinggi di sumatra, bahagia luar biasa ada di dalam
dada kami, terima kasih pada sang pencipta karena kami telah di beri kesempatan
untuk bersilaturahmi dengan salah satu bukti megahnya ciptaan Tuhan, saya, ade,
afrido, adit dan ipang punn penuh akan bahagianya sampai disini, pengorbanan
yang kami lalui, emosional dan fisik yang sangat terkuras seakan kembali penuh
terisi dikala melihat hasil yang kami dapati, kamipun kembali berswafoto, tak
begitu lama kami pun memustuskan untuk turun kembali ke camp dimana tempat kami
mendirikan tenda, mengingat waktu yang tidak begitu banyak, karena kami mgnhindari
kembali bermalam disini, tenda pun selesai di kemas, perjalanan turun pun
serasa damai, dengan hati yang senang dengan membawa begitu banyak pengalaman
kamipun sampai di titik awal pendakian. Ketikan sampai tak lupa kami bersyukur
kepada Tuhan karena telah mengizinkan kami datang kesini dan kembali pulang pun
dengan selamat.
Sesungguhnya inti dari suatu pendakian itu bukan hanya
sampai di puncak, namun kembali pulang dengan selamat itu juga satu tujuan
utama dari pendakian. Ibarat marathon, puncak hanya menjadi checkpoint dari
track, namun finish sesungguhnya ialah garis start yang telah dirumah menjadi
garis akhir.
Dan suatu pendakian pun mengajarkan, kita dapat lebih
mengeksplore diri kita, asal kita sendirilah yang mengizinkan diri kita untuk
di eksplore, tidak ada batasan dalam diri kita melainkan diri kita senidiri
yang membatasinya. Dengan penuh semangat dan keteguhan hati, kita dapat
mencapai puncak tertinggi dari diri kita sendiri. 😊