|
Hanya sebuah
kata
Sebuah kata memang terkadang
memiliki banyak makna, dan setiap orang pun terkadang mempunyai arti
masing-masing dalam memaknai suatu kata, disitu jugalah tekadang terjadi
kesalahan dalam memaknai kata, seperti contohnya sekarang, saya yang saat ini
sedang berada di suatu desa yang jauh dari kehidupan saya, jauh dari orang yang
saya kenal, desa ini bernama Pembengis. Mengerikan bukan ketika kita mendengar
kata pembengis. Disini saya bersama 13 orang yang baru saya kenal ketika kami
di berangkatkan kesini, kami di tempatkan disini karena kami sedang
melaksanakan KKN atau Kuliah Kerja Nyata dari universitas sebagai salah satu
kegiatan yang kami ambil untuk melengkapi syarat kelulusan setiap mahasiswa.
Pada awal kami akan di tempatkan
disini, mungkin kalian telah menebak apa yang ada di dalam benak kami ketika
kami mendengar nama suatu desa yang akan kami tempati, Pembengis, suatu nama yang menurut kami mengerikan, dalam KBBI
bengis berarti keras tanpa belas kasihan, atau dimata manusia normal Pembengis
artinya pemarah. Suatu kiasan kata yang sangat mengerikan jika kami memaknainya
dengan akal pikiran kami sendiri. Namun disinilah kami belajar untuk memaknai
suatu kata bukan dengan akal saja, namun membutuhkan akal yang sehat dan kami
juga tidak bisa memaknai kata tersebut tanpa memikirkan artinya dengan jelas.
Ketika kami telah sampai disini,
makna yang ada dibenak kami dengan kenyataan yang disini sungguh berbeda, di
benak kami memaknaai kata Pembengis berarti masyarakat disana bersifat pemarah
kejam dan tidak bersahabat, namun kenyataannya, masyarakat yang ada, mulai dari
anak-anak, pemuda-pemudi, bapak-bapak dan ibu-ibunya sungguh ramah, mereka
sangat menyambut kami dengan baik, menyambut kami semua dengan senyuman ramah
yang sangat indah tanpa ada harapan apapun di balik senyuman itu, terlihat
sangat ikhlas senyuman yang diberikan membuang jauh semua makna yang ada di
dalam di fikiran kami mengenai kata Pembengis, sebuah kata yang menurut saya
sangat jauh dari apa yang ada di desa ini, desa yang menurut saya masih kental
akan kebersamaan, persaudaraan dan adat istiadatnya, terutama pemudanya, sangat
menerima kami dengan hangat sangat ramah dan bersahabat.
Disinilah kami belajar tentang apa
itu keikhlasan persahabatan dan terutama memaknai sebuah kata dengan lebih
dewasa, disini juga kami diajarkan bagaimana cara untuk menjaga kekompakan tim,
terutama bagaimana kami harus saling menjaga satu sama lain di 14 orang yang di
tempatkan disini, di desa ini pun kami jua banyak belajar hal-hal baru yang
selama ini tidak pernah kami lakukan di kota, terkadang saya berfikir kenapa di
kota yang semuanya ada namun terkadang kitapun masih tetap bosan tinggal disana
dan masih membutuhkan tempat-tempat seperti ini, tempat yang jauh dari hiruk
pikuk moderenisasi tempat yang menurut saya memiliki ketenangan dengan caranya
sendiri, di awal keberangkatan kami masih butuh banyak penyesuaisan, namun saya
yakin dengan berjalannya waktu, ketika kami hendak meninggalkan desa ini pasti
akan ada rasa berat untuk pergi dari sini sebagaimana awal kami kemarin ingin
meninggalkan rumah kami.
Semua yang ada di sudut dunia ini
pasti memiliki keistimewaannya masing-masing, terlepas dari semua nama dan
pemaknaan masyarakat luar yang menilai, hanya mereka yang ada di sudut itu
sendirilah yang mengerti apa indahnya dari sebuah makna buruk yang di berikan
orang akibat dari pemaknaan sebuah kata, kita butuh akal sehat, saya fadhiel
semoga berjumpa lagi.