Senin, 01 April 2019

Sebuah Kata



Hanya sebuah kata
Sebuah kata memang terkadang memiliki banyak makna, dan setiap orang pun terkadang mempunyai arti masing-masing dalam memaknai suatu kata, disitu jugalah tekadang terjadi kesalahan dalam memaknai kata, seperti contohnya sekarang, saya yang saat ini sedang berada di suatu desa yang jauh dari kehidupan saya, jauh dari orang yang saya kenal, desa ini bernama Pembengis. Mengerikan bukan ketika kita mendengar kata pembengis. Disini saya bersama 13 orang yang baru saya kenal ketika kami di berangkatkan kesini, kami di tempatkan disini karena kami sedang melaksanakan KKN atau Kuliah Kerja Nyata dari universitas sebagai salah satu kegiatan yang kami ambil untuk melengkapi syarat kelulusan setiap mahasiswa.

            Pada awal kami akan di tempatkan disini, mungkin kalian telah menebak apa yang ada di dalam benak kami ketika kami mendengar nama suatu desa yang akan kami tempati, Pembengis, suatu nama yang menurut kami mengerikan, dalam KBBI bengis berarti keras tanpa belas kasihan, atau dimata manusia normal Pembengis artinya pemarah. Suatu kiasan kata yang sangat mengerikan jika kami memaknainya dengan akal pikiran kami sendiri. Namun disinilah kami belajar untuk memaknai suatu kata bukan dengan akal saja, namun membutuhkan akal yang sehat dan kami juga tidak bisa memaknai kata tersebut tanpa memikirkan artinya dengan jelas.

            Ketika kami telah sampai disini, makna yang ada dibenak kami dengan kenyataan yang disini sungguh berbeda, di benak kami memaknaai kata Pembengis berarti masyarakat disana bersifat pemarah kejam dan tidak bersahabat, namun kenyataannya, masyarakat yang ada, mulai dari anak-anak, pemuda-pemudi, bapak-bapak dan ibu-ibunya sungguh ramah, mereka sangat menyambut kami dengan baik, menyambut kami semua dengan senyuman ramah yang sangat indah tanpa ada harapan apapun di balik senyuman itu, terlihat sangat ikhlas senyuman yang diberikan membuang jauh semua makna yang ada di dalam di fikiran kami mengenai kata Pembengis, sebuah kata yang menurut saya sangat jauh dari apa yang ada di desa ini, desa yang menurut saya masih kental akan kebersamaan, persaudaraan dan adat istiadatnya, terutama pemudanya, sangat menerima kami dengan hangat sangat ramah dan bersahabat.

            Disinilah kami belajar tentang apa itu keikhlasan persahabatan dan terutama memaknai sebuah kata dengan lebih dewasa, disini juga kami diajarkan bagaimana cara untuk menjaga kekompakan tim, terutama bagaimana kami harus saling menjaga satu sama lain di 14 orang yang di tempatkan disini, di desa ini pun kami jua banyak belajar hal-hal baru yang selama ini tidak pernah kami lakukan di kota, terkadang saya berfikir kenapa di kota yang semuanya ada namun terkadang kitapun masih tetap bosan tinggal disana dan masih membutuhkan tempat-tempat seperti ini, tempat yang jauh dari hiruk pikuk moderenisasi tempat yang menurut saya memiliki ketenangan dengan caranya sendiri, di awal keberangkatan kami masih butuh banyak penyesuaisan, namun saya yakin dengan berjalannya waktu, ketika kami hendak meninggalkan desa ini pasti akan ada rasa berat untuk pergi dari sini sebagaimana awal kami kemarin ingin meninggalkan rumah kami.

            Semua yang ada di sudut dunia ini pasti memiliki keistimewaannya masing-masing, terlepas dari semua nama dan pemaknaan masyarakat luar yang menilai, hanya mereka yang ada di sudut itu sendirilah yang mengerti apa indahnya dari sebuah makna buruk yang di berikan orang akibat dari pemaknaan sebuah kata, kita butuh akal sehat, saya fadhiel semoga berjumpa lagi.