NetralitasPulau
jawa
“semua yang terlihat indahpun tak
akan kekal, apalagi semua yang terlihat buruk, kita dan semua yang di alam
hanya sesaat”
Pagi itu saya dan sahabat saya merencanakan sebuah
perjalanan lintas pulau untuk melihat indahnya ciptaan Tuhan, kami berencana
mengunjungi gunung merbabu yang terletak di jawa tengah. Kami memulai
perjalanan dari kota palembang menggunakan pesawat menuju Yogyakarta, berangkat
dari palembang pukul 20:30 dan sampailah di Yogyakarta sekitar pukul 22:00 di
bandara aji sucipto Yogyakarta, disana kami telah di tunggu oleh dua sahabat
kami yang sudah lebih dulu sampai di sana. Oh ya kali ini perjalanan saya ke
gunung merbabu di temani oleh 6 orang sahabat, pertama saya, febrian, kiki,
iwan dan ari yang sedari awal memulai perjalanan dari palembang dan disusul
oleh mas dody dan putra yang memulai perjalanan dari jawa barat.
Kami memulai perjalanan dari Yogyakarta menggunakan bus
menuju magelang, bus pun berangkat sekitar pukul 5 sore. Perjalanan kami
habiskan sekitar 3,5 jam. Sampai di magelang barulah kami melakukan aksi tawar
menawar dengan sopir mobil cateran untuk mengantar kami ke basecamp pendakian. Dalam
hal ini pun kami cukup keras menawar dan terjadi aksi saling tunggu antara kami
dan sopir, dan hasilnya kami pun menang dan pak sopir pun mengalah haha. Ohyaa
kami berencana melakukan perdakian lewat jalur wekas dan turun via jalur selo,
jadi pendakian lintas jalur.
Setibanya di basecamp kami di sambut hangat oleh mbah,
suasana basecamp pendakian yang khas pedesaan, di dalam basecamp ada api unggun
yang sedari awal telah mbah hidupkan gunanya untuk menghangatkan badan, di desa
wekas ini udara sudah sangat dingin, waktu berlalu kami pun tidur untuk
menyiapkan diri guna pendakian esok hari.
Pagi pun kami di bangunkan oleh cuaca yang sangat
menusuk, di pagi hari inilah kami baru dapat melihat dengtan jelas kondisi desa
yang begitu indah, iseng pun, saya dan teman saya pergi ke masjid, bukan
bermaksud buat beribadah, kami ke pergi kemasjid karena posisi masjid berada di
dataran yang cukup tinggi, dan kami dapat melihat seisi desa wekas ini dari
masjid, betapa takjubnya kami di suguhi oleh pemandangan desa yang berada di
atas awan.
Setelah sarapan, mengeecek kembali peralatan dan berdoa,
kami memulai perjalanan sekitar pukul 9 pagi. Perjalanan kami mulai dengan
track yang menyusuri desa wekas dengan jalan setapak yang hanya bisa di lalui
oleh kendaraan roda dua, sekiotar ½ jam kami pun mulai memasuki vegetasi,
berbeda dengan jalur pendakian gunung di sumatra, jalur di merbabu ini di
dominasi oleh hutan pinus dan kabut-kabut tipis yang membuat suasana menjadi
syahdu.
Selagi berjalan sambil di temani lantunan musik santai
yang membuat perjalanan kami semakin syahdu. Tibalah kami di suatu makam,
beristirahat sebentar menghabiskan rokok sebatan dan kami pun melanjutkan
perjalanan, sekitar pukul 11 WIB kamu sampai di pos 1, pos satu terbilang
kecil, menghabiskan sebatang rokok dan sekalian menunggu satu teman kami putra
atau nama famousnya wanabut yang sedang ingin berperang di sebuah semak, adapun
cerita lucu, ketika si wanabut sedang berperang (berak) si ari atau nama famousnya momon berniat ingin menggangu,
ketika momon mendekat dan berniat ingin mengejutkan si wanabut, bukannya
wanabut yang terkejut, malah si momon yang terkejut akibat bau yang sangat
menyengat yang keluar akibat perbuatan wanabut, alhasil momon pun menjauh dan
mengurungkan niatnya. Selesai dari situ kamipun mulai melanjutkan perjalanan,
jujur kami sangat terhibur dengan jalur yang kami lewati, sangat berbeda
karakteristik dengan gunung-gunung di sumatra yang di dominasi oleh hutan basah
yang lebat dan tertutup.
Sekitar pukul 2 siang
kami pun sampai di pos 2, pos dua ini terbilang besar, karena di jalur
pendakian via wekas ini, pos dua menjadi spot untuk para pendaki untuk
mendirikan tenda, di pos dua ini pun ada mata air, di luar kesan angkernya, pos
dua ini bagi saya adalah spot paling enak untuk mendirikan tenda, bagaimana
tidak, ada sebuah pohon besar yang sangat teduh dan disebelahnya adalah keran
pipa buat mengambil air, sngat enak bukian, tidak perlu jauh2 lagi untuk
mengambil air. namun berhubung waktu masih menunjukkan jam 2 siang kami pun
memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dan berencana untuk mendirikan tenda di
bawah persimpangan, karena menurut info yang kami dapat sebelumnya, di bawah
persimpangan pun ada dataran yang cukup luas untuk di jadikan tempat camp para
pendaki, di situ juga pemandanganya cukup indah karena kita akan suguhkan oleh
pemandangan gunung sumbing dan sindoro yang berdiri gagah bergandengan.
Sekitar pukul 4 sore kami pun sampai persimpangan menuju
pemancar dan puncak, sebentar meluangkan waktu untuk mencari spot terbaik, dan
kami pun langsung membagi tugas, ada yanng memasak karena kami sedari awal
memang belum makan siang, dan ada yang mendirikan tenda, sore pun kami lalui
dengan berfoto ria karena disini viewnya terbilang bagus, matahripun
bersembunyi dan di gantikan oleh bintang dan bulan yang mulai menanmpakan
dirinya, malam kami lalui dengan bercerita sambil menghangatkan tubuh di api
unggun yang telah dihidupkan oleh teman saya, tidak lama kamipun meniatkan diri
untuk beristirahat.
Subuh pun kami terbangun, kami di kejutkan karena
ternyata posisi kami mendirikan tenda ini adalah spot yang terbilang bagus
karena kita dapat melihat jelas matahari yang mulai muncul dan tumbuykan negeri
awan yang indah, langit yang awalnya gelap berubah menjadi warna keorangean
khas matahari terbit.
Sunrise, negeri awan, dan gagahnya sindoro dan sumbing
menjadi pengalaman terbaik kami saat melakukan pendakian kali ini.
Kembali setelah puas berfoto ria kami pun mulai memasak
untuk sarapan, setelah sarapan selesai kami mulai menyusun kembali barang2 kami
dan mulai melanjutkan perjalanan menuju puncak kenteng songo.
Ketika di batas kabupaten kami pun kembali takjub di buat
oleh pemandangan yang ada disana, sungguh pengalaman yang sangat berbeda dengan
pegunungan yang ada di sumatra, sabana yang sangat mendominasi disini
mengingatkan kami pada bukit-bukit yang ada di serial masa kecil, teletubbies.
Kami melanjutkan perjalanan sekitar pukul 9 pagi, kami
pun sampai di simpang antara puncak kenteng songo dan puncak syarif, perlu
diketahui merbabu ini memiliki beberapa puncak. Oh yaa tidak lupa kami juga
melintasi jalur yang cukup terkenal di jalur merbabu via wekas ini, yaitu
jembatan setan, yang konon katanya jalur yang cukup ekstrim.
Sekitar pukul 12 siang kami pun sampai di puncak kenteng
songo, cukup terkejut ketika melihat puncak sangai ramai, karena ketika di
jalur pendakian wekas, terbilang sangat sepi dan jarang ketemu rombongan
pendaki yang lain, ternyata jalur pendakian via selo sangat padat, sangat
berlawanan dengan jalur-jalur pendakian yang lain. jalur pendakian via selo ini
tergolong jalur pendakian favorite bagi para pendaki karena jalurnya yang
terbilang cukup landai dan juga di hiasi sabana di sepanjang jalur pendakian.
Puas setelah menikmati pemandangan dan melihat dari atas
betapa gagahnya gunung merapi yang berdiri gagah si seberang sana. Kami pun
malnjutkan perjalanan untuk turun via jalur selo, jalur pendakian selo ini
tegolong sudah hampir rusak ya, karena ramainya animo pendaki yang memilih
jalur ini. Beda dengan 2 jalur lainnya wekas dan chuntel yang masih sangat
asri.
Perjalanan turun lebih cepat kami lalui, dan sampai
akhirnya kami sampai di basecamp pendakian via selo langsung mencari makan
karenaa yaaa beginilah kami, logistik yang masih banyak namun tidak bisa untuk
dimasak karena ternyata disepanjang jalur pendakian selo tidak ada satupun mata
air, alhasil sepanjang perjalanan turun untuk banyak rombongan pendaki lain
yang bersedia memberikan minumnya untuk kami, *tidak untuk ditiru dirumah*
Banyak lagi cerita menarik selama pendakian ini, mulai
dari teman saya yang banyak berkata sembrono, gangguan-gangguan ketika di camp,
sampai dengan cerita-cerita lucu lainnya yang akan saya ceritakan di lain
waktu.
Akhir kata, saya Fadhiel Irhamsyah, jangan lupa bahagia.